Senin, 13 Desember 2010

Tidak Ada Larangan Pacaran dalam Islam

Yang saya tahu, Islam tidak pernah melarang pacaran. Baik secara langsung melalui Al Quran atau melalui hadits Rasulullah Muhammad SAW, Allah tidak pernah secara eksplisit melarang umat Islam untuk berpacaran. Kenapa akhirnya pacaran menjadi sesuatu yang dilarang dalam Islam? Alasannya adalah karena pacaran ini mendekati hal-hal yang benar-benar dilarang dalam Islam.

Mulai dari berduaan dengan lawan jenis, bersentuhan dengan lawan jenis yang bukan muhrim, atau bahkan bergerak lebih jauh sampai melakukan hubungan seksual. Semua itu pada dasarnya tidak dapat dibenarkan dalam Islam. Setiap aktifitas yang terkait dengan pacaran pada akhirnya bertentangan dengan ajaran Islam. Ini yang menyebabkan kenapa pacaran itu menjadi sesuatu yang dilarang dalam Islam.

Jadi larangan itu ada pada aktifitas dalam pacaran, pacaran itu sendiri tidak dilarang. Kalau aktifitas dalam pacaran itu halal, maka larangan untuk pacaran akan hilang sama sekali. Contoh yang paling mudah adalah pacaran setelah menikah. Dengan menikah, hubungan dengan pasangan Anda menjadi halal dalam Islam, kecuali jika pasangan Anda bukan lawan jenis. Jadi mudah untuk mengatakan bahwa pacaran setelah menikah adalah halal karena aktifitas dalam pacaran setelah menikah itu halal.

Contoh tersebut sepertinya adalah satu-satunya bentuk pacaran yang dihalalkan dalam Islam. Saat kita berduaan dengan lawan jenis, berpegangan tangan, berpelukan, berciuman, atau bahkan melakukan aktifitas yang sangat intim, hanya pernikahan yang jelas-jelas menghalalkannya. Saya tidak pernah menemukan contoh lain yang benar-benar menghalalkan hubungan asmara antara lawan jenis yang bukan muhrim selain pernikahan.

Memang ada pendapat yang mengatakan bahwa pacaran sebelum menikah itu bisa dilakukan sesuai koridor Islam. Istilahnya adalah "pacaran Islami". Sayangnya definisi pacaran Islami itu ada di daerah abu-abu. Daerah yang tidak memiliki dasar yang jelas dalam Islam. Saya pribadi tidak ingin mempersoalkan masalah pacaran Islami ini karena kemungkinan besar akan berujung pada debat kusir. Lebih baik kita memilih mengelola pernikahan yang dibentuk tanpa pacaran ketimbang senantiasa ribut mempersoalkan definisi pacaran Islami itu sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar